Sabtu, 14 April 2012

KRISIS GLOBAL INDONESIA "perekonomian Indonesia"


KRISIS GLOBAL INDONESIA

I.   PENDAHULUAN
Dunia telah berulang kali mengalami krisis.Dari yang sifatnya regional ke yang bersifat global. Indonesia, misalnya, pernah mengalami krisis Asia pada 1997-1998.
Krisis ini bermula dari Thailand yang meski tidak menyebar jauh dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Pemulihan krisis tersebut terjadi pada 1999 dan kemudian kita melihat kondisi perekonomian di Asia Timur dan Tenggara termasuk Indonesia terus membaik.Namun,pada 2008 dunia kembali dilanda krisis global yang dimulai dari negara maju yaitu Amerika Serikat. Seluruh dunia merasakan dampaknya. Krisis Asia Timur dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) pada 1997-1998 dimulai dengan krisis finansial yang kemudian menjalar ke krisis ekonomi. Untuk Indonesia, krisis ekonomi ini juga menjalar ke krisis sosial dan politik. Sementara krisis global 2008-2009 juga bermula dengan krisis finansial, kemudian diikuti dengan krisis ekonomi.Untungnya, tak ada dampak sosial dan politik yang berarti.

Sekarang banyak yang mengatakan bahwa krisis global sudah usai. Pendapatan nasional sudah meningkat lagi.Namun,sering pula dikatakan bahwa pemulihan baru terasa untuk sektor finansial. Sementara pemulihan sektor ekonomi terasa lebih lamban. Bahkan dampak sosial dari krisis ini masih terasa sampai sekarang. Dalam laporan UNDP yang terbaru (The Global Financial Crisis and the Asia-Pacific Region, 2009) dikatakan bahwa pemulihan sosial biasanya lebih lambat dari pemulihan ekonomi. Bahkan dampak sosial seperti nutrisi yang rendah pada anak-anak dapat berlangsung selama-lamanya.

Sementara itu, banyak pihak yang masih merisaukan kepulihan ekonomi ini.Sistem finansial dunia yang menjadi penyebab semua krisis masih sama dengan sebelum krisis. Sektor finansial selalu tumbuh cepat,jauh lebih cepat dari pertumbuhan sektor produksi.Padahal sektor finansial diperlukan untuk membantu tumbuhnya sektor produksi. Sektor finansial bagaikan minyak agar kendaraan bermotor dapat berjalan dengan baik.Ketika minyaknya terlalu banyak, kendaraan bermotor pun akan berjalan terseok-seok dan mungkin malah mogok. Itulah yang terjadi ketika sektor finansial melaju dengan pesat,meninggalkan pertumbuhan di sektor produksi. Hal ini telah berulang terjadi.

Pertumbuhan sektor finansial yang luar biasa, yang juga dicerminkan dengan pertumbuhan pendapatan nasional,akhirnya diikuti dengan krisis finansial. Lebih parah lagi, dinamika sektor finansial sering amat tergantung pada ?gosip?di kalangan investor di sektor keuangan.Ketika para investor ini kehilangan confidence, mereka beramai-ramai menjual surat berharga mereka. Sektor finansial jatuh dan akibatnya membuat confidencejatuh lebih jauh.Bank dapat berjatuhan sehingga perekonomian kena getahnya.

Ketika confidence para investor pulih, sektor finansial pun pulih kembali. Namun, tidak otomatis sektor produksi pulih. Memulihkan sektor produksi membutuhkan waktu yang lebih lama dari sekadar memupuk confidencepara investor. Sayangnya,sampai sekarang kita belum berhasil mengatur sektor yang dikuasai oleh ?gosip? para investor ini. Maukah perekonomian kita dan sektor sosial kita terus menerus dipengaruhi oleh gosip para investor ini? Kalau gosip mereka membuat sektor finansial berantakan, sektor ekonomi berantakan, dan sektor sosial kena dampak yang lama.

Kalau gosip mereka membaik, sektor finansial membaik, para investor berjaya lagi.Namun, sektor perekonomian mengikuti dengan lambat, dan sektor sosial akan mengikuti dengan jauh lebih lambat lagi. Tanpa perubahan fundamental dalam struktur finansial dunia, pola yang sama akan terus berulang. Sektor finansial tumbuh pesat,kemudian krisis,lalu terjadi pemulihan. Kemudian sektor finansial tumbuh pesat lagi, dan krisis lagi. Demikian seterusnya.Dengan integrasi finansial dan perekonomian yang makin kuat,krisis pun akan terjadi lebih meluas dan mendalam.Jarak dari satu krisis ke krisis lain pun akan makin pendek.

Krisis finansial dan ekonomi dikhawatirkan akhirnya membawa krisis sosial dan politik. Saat ini di beberapa negara sektor properti telah memberikan gejala memanas. Orang berlomba berspekulasi di sektor properti.Di beberapa negara inflasi mulai dikhawatirkan menjadi bahaya yang baru. Ini semua memberi tanda bahaya.Akan segera terjadi krisis lagi? Krisis global jilid II? Dan, tiba-tiba saja,Rabu yang lalu (25 November 2009), Dubai World, suatu konglomerasi milik Pemerintah Dubai, mengumumkan penundaan pembayaran utang mereka.

Hal ini menandakan konglomerasi ini mengalami kesulitan keuangan.Sontak berita ini membuat panik para investor. Mereka berlomba menjual surat berharga mereka.Namun, karena tanggal 27 hari libur (Idul Adha), disusul week-end, pasar finansial tutup dan tidak banyak informasi yang didapat dari Dubai. Pada Minggu (29 November) Pemerintah Uni Emirat Arab mencoba menenangkan para investor dengan mengatakan bahwa mereka akan membantu likuiditas sektor finansial di Dubai. Pekan ini adalah pekan yang menentukan. Kita akan melihat apakah krisis Dubai ini akan tetapdi Dubai saja, atau akan meluas ke Asia, Eropa, dan seluruh dunia.

Apakah menjadi krisis global jilid II? Semoga saja, krisis Dubai ini dapat ditahandiDubaidantidakmenjalar ke mana-mana.Apa pun hasilnya, tampaknya kita harus sudah segera membuat tatanan finansial dunia yang baru, yang tidak bergantung pada gosip para investor. Indonesia, pada khususnya, tidak perlu terburu buru mengintegrasikan sektor finansial kita ke sektor finansial dunia. Indonesia dapat memberi contoh untuk mengatur sektor finansial agar tidak tumbuh meninggalkan pertumbuhan sektor produksi. Sektor finansial perlu dikembalikan pada fungsi semula yaitu membantu pertumbuhan sektor produksi.

Janganlah sektor finansial menjadi sumber keuntungan tersendiri, terlepas dari sektor produksi, seperti yang selama ini terjadi, dan selalu menghasilkan krisis. Selain itu, untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya krisis global jilid II, entah karena krisis Dubai atau krisis lainnya, Indonesia perlu untuk makin memperhatikan ekonomi dalam negeri. Pengintegrasian ekonomi dalam negeri menjadi jauh lebih penting daripada integrasi regional atau pun integrasi global. Dengan ketergantungan pada pasar dan faktor produksi yang besar di dalam negeri, kita dapat mengurangi dampak krisis global pada perekonomian dan sektor sosial kita.Krisis global jilid I jelas memperlihatkan bahwa kita diuntungkan karena dua hal.

Pertama, sektor finansial kita belum benar-benar terintegrasi ke sektor finansial dunia. Kedua, sumbangan ekspor kita juga masih rendah. 

II.   ISI
Negara-negara emerging market (negara berkembang) termasuk Indonesia harus mewaspadai siklus krisis 15 tahunan yang akan terjadi pada 2012 mendatang.

"Yang harus diwaspadai oleh beberapa emerging market (negara berkembang) adalah krisis yang akan datang pada 2012," ungkap Harpel Professor of Capital Formation and Growth Harvard University, Jeffrey Frankel, di acara IMF-BI-BKPM Joint Conference, di Hotel Grand Hyatt, Bali, Jumat (11/3/2011).

Berdasarkan data yang diperolehnya, ada kencenderungan siklus krisis global setiap 15 tahun karena besarnya capital inflow yang masuk pada negara-negara berkembang.

Diceritakannya, kiris pertama kali terjadi pada 1982 akibat capital inflow yang terjadi selama periode enam tahun (1975-1981). Sedangkan krisis kedua terjadi di Asia pada 1997, dengan capital inflow yang juga terjadi selama periode enam tahun (1990-1996).

Karenanya, jika melihat data tersebut, dia mengkhawatirkan akan adanya krisis global di 2012. Mengingat arus modal asing tersebut sudah mulai masuk sejak 2003.

"Saya memperkirakan jika circle (sirkulasi krisis) ini terjadi setiap 15 tahun, dengan tujuh tahun yang subur (banyak capital inflow yang masuk), masa krisis, kemudian tujuh tahun masa pemulihan," jelasnya.

Dengan demikian, lanjutnya, diperlukan kewaspadaan untuk menghadapi krisis tersebut. "Caution selalu menjadi pilihan yang tepat," ujar Jeffery.

2.1 EMPAT KRISIS GLOBAL Dan DAMPAK BAGI INDONESIA

DUNIA dalam kondisi yang tidak menentu. Dalam waktu yang sama, kita semua menghadapi empat macam krisis global, yang bermuara dari lokasi geografis yang berbeda-beda.

Krisis tampak berlangsung dengan pelan, tapi makin lama empat krisis ini makin meluas dan mendalam. Kalau empat krisis ini menjadi makin dalam dan terjadi bersamaan, kekacauan sosial dan politik dapat terjadi,selain malapetaka dari bencana alam dan kemiskinan. Siapkah kita menghadapi hal ini? Pertama, krisis utang pemerintah. Dimulai di Eropa Barat, dengan amat besarnya utang pemerintah di beberapa negara. Krisis ini telah menyebabkan digantinya perdana menteri Yunani dan Italia.

Krisis belum berhenti dan tampaknya akan meluas ke berbagai negara di Eropa.Krisis di Eropa ini dapat menular ke China,Jepang, Amerika Serikat, dan sebagian besar negara yang sangat mengandalkan pada perdagangan dan keuangan internasional.Akhirnya, krisis dapat meluas ke seluruh dunia seperti yang terjadi pada 2008–2009. Kedua, krisis politik terhadap pemerintah yang otoriter, yang sering dikenal dengan Arab Spring. Bermula di Tunisia, diikuti oleh Mesir,dan Libya,lalu meluas ke beberapa negara Arab lainnya.

Gema perlawanan masyarakat terhadap pemimpin otoriter yang telah berkuasa lama ini tidak hanya berdampak di negaranegara Arab, tetapi juga meluas ke negara otoriter lainnya, terutama yang pemimpinnya telah lama berkuasa. Negara otoriter di Asia telah terus memperhatikan apa yang terjadi di negara-negara Arab agar hal serupa tidak terjadi di negara mereka. Ketiga, krisis politik akibat kemuakan pada dominasi sektor keuangan, yang penuh dengan kegiatan spekulasi, dan ketimpangan ekonomi yang amat mencolok di negara demokratis dengan ekonomi yang sudah maju.

Bermula dengan Occupy Wall Street di Amerika Serikat.Orang mengkritik Wall Street, salah satu simbol utama keuangan dunia. Masyarakat marah terhadap kesombongan para pelaku sektor keuangan yang menikmati keuntungan yang luar biasa besarnya, tetapi mereka juga yang menjadi sumber hampir semua krisis keuangan. Gerakan “Occupy....” ini meluas ke berbagai daerah di Amerika Serikat dan bahkan di banyak negara kaya yang demokratis lainnya. Gerakan ini akan terus bergulir,bahkan diam-diam telah masuk ke negara kaya dengan sistem otoriter.

Keempat, krisis perubahan iklim. Tidak jelas dari mana krisis ini terjadi.Namun, konsumsi masyarakat sedunia terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dengan input dan proses yang tidak ramah lingkungan amat mungkin merupakan sumber utama rusaknya lingkungan, dan perubahan iklim yang amat cepat. Berbagai bencana alam, termasuk yang karena ulah manusia, makin sering terjadi, memperparah berbagai kondisi yang memang sudah rawan bencana. Banjir besar yang berlangsung berbulanbulan di Bangkok dapat saja terjadi di kawasan lain di Asia Tenggara.

Dampak bagi Indonesia
Apa yang akan terjadi di Indonesia? Indonesia, seperti pada 2008–2009, tampaknya tak akan banyak terkena dampak krisis utang pemerintah ini. Perekonomian Indonesia banyak disumbang oleh konsumsi domestik.(Ada yang mengatakan, sebagian dari konsumsi domestik ini berasal dari praktik korupsi,walau belum ada penelitian ilmiah mengenai hal ini). Selain itu, kita juga beruntung bahwa sistem keuangan Indonesia belum berhasil terhubungkan dengan baik ke sistem keuangan internasional.

Indonesia juga beruntung, karena ekspor Indonesia belum terlalu berhasil,sehingga Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekspor. Arab Spring juga tak akan banyak berdampak ke Indonesia, karena Indonesia telah melakukan hal ini pada 1998. Dampak ini dapat menjadi penting bila Indonesia kembali ke sistem otoriter.

Gema gerakan Occupy Wall Street juga tak akan terasa penting di Indonesia, karena di Indonesia masyarakat menganggap wajar bahwa orang menjadi kaya raya bila bekerja di sektor keuangan, ikut dalam kegiatan spekulasi. Orang lebih suka membeli rumah dan tanah untuk menabung, daripada pergi ke bank untuk menabung.

Menyimpan uang di bank menyebabkan uang makin rendah nilainya karena harga-harga naik dengan pesat. Namun, perubahan iklim tak dapat dihindarkan oleh Indonesia. Bila banyak negara di dunia mengalami kekacauan politik karena Arab Spring, bila banyak negara lain mengalami ketidakstabilan politik yang bermula dari Occupy Wall Street, bila banyak negara mengalami kemerosotan ekonomi gara-gara utang pemerintah di Eropa, bila semua negara menderita dari perubahan iklim, Indonesia pun akhirnya akan mengalami dampak yang tidak menguntungkan. Ketika tsunami terjadi di Aceh, Nias, dan Sumatera Barat, ketika gempa bumi terjadi di Yogya, dan ketika banyak bencana alam lainnya terjadi, Indonesia mendapat bantuan yang banyak dari berbagai negara lain.

Kalau bencana alam makin sering terjadi di Indonesia, dan makin dahsyat, sementara itu negara-negara lain juga sedang mengalami kesulitan di masingmasing negara mereka, siapa yang akan membantu Indonesia? Selain itu, seberapa jauh konsumsi domestik dalam negeri akan bertahan, ketika iklim makin tidak bersahabat dengan kita? Semoga semuanya berjalan dengan baik.Sekadar renungan di akhir tahun.

2.2 SBY : Dana Darurat Krisis Telah Dipersiapkan

JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, pemerintah telah menyiapkan anggaran khusus guna mengantisipasi terjadinya perubahan iklim di Tanah Air dan dampak krisis ekonomi.

"Dari sisi anggaran, kita akan mempersiapkan segalanya, anggaran darurat, baik itu untuk menghadapi bencana alam ini maupun nanti antisipasi menghadapi ketidakpastian ekonomi global," kata SBY di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2011).

Ada dua kontijensi yang dibuat di penghujung tahun 2011, dan menyongsong tahun 2012 mendatang. Kontijensi pertama adalah menghadapi kemungkinan datangnya bencana alam, khususnya bencana banjir. "Sedangkan kedua adalah kontijensi menghadapi katakanlah bencana ekonomi sebagai dampak dari perkembangan perekonomian di Eropa yang tidak baik," imbuhnya.

Kedua hal tersebut, lanjutnya, harus diantisipasi dengan baik.

"Kita harus menyiapkan segala sesuatunya dalam upaya yang sering disebut dengan risk reduction, pengurangan risiko yang bisa timbul. Khusus untuk menghadapi perkembangan perekonomian global yang hampir pasti, cepat atau lambat langsung atau tidak langsung berdampak pada perekonomian kita," tukasnya.


2.3  Indonesia Siap Lawan Krisis Global


JAKARTA - Pemerintah mengaku telah menyiapkan banyak antisipasi krisis global yang belum mereda saat ini, tapi pemerintah khawatir dengan adanya krisis global barang dari China akan menjadikan Indonesia sebagai pasar jualan mereka.

Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawaty mengatakan dengan adanya krisis global ini barang dari China akan masuk dengan jumlah yang besar karena turunnya demand atau permintaan ekspor.

"China akan produksi barang jumlah tinggi, ada kemungkinan masuk ke Indonesia. Kita harus siap agar barang produksi dalam negeri supaya enggak terjadi kalah. Demand turun, ekspor akan terpengaruh. Cari jalan keluar, ekspor bisa dikonsumsi didorong dari pasar domestik sebagai pengganti pasar ekspor," ungkap Anny ketika ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (4/1/2011).

Walaupun demikian, Anny mengaku telah siap mengantisipasi dampak krisis ini dengan adanya mitigasi lapisan kebijakan seperti stabilisasi pasar SBN, pencadangan anggaran, risiko fiskal, asumsi, cadangan pangan, mekanisme buy back, dan bond stabilization framework.

"BI dan pemerintah, DJPU, Bapepam, BKF dengan BI ada reguler. Punya monitoring dan selalu update, variabel makro yang di bawah Kemenkeu. Kita enggak boleh panik yang penting siap diri menghadapi apapun yang dihadapi di sana," jelasnya.

Dengan adanya berbagai antisipasi ini, Anny masih tetap optimistis akan dapat mengejar angka pertumbuhan ekonomi 2012 sebesar 6,7 persen.

"6,7 persen harus diupayakan. Kalau isunya krisis masih akan memburuk. Kita cek dan monitor setiap waktu, misalnya harga minyak tinggi dengan memastikan pembatasan jalan," pungkasnya.

Krisis global yang masih berlangsung saat ini akan memberikan dampak pada perekonomian Indoensia, salah satunya akan menurunnya share ekspor Indonesia ke Eropa.

Meski begitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan tidak khawatir dengan penurunan ekspor ini. Menurutnya, share ekspor terhadap GDP di Indonesia masih tergolong kecil. Justru yang paling dikhawatirkan Hatta adalah masuknya barang secara ilegal karena penurunan pertumbuhan ekonomi China dan India.

"Karena pertumbuhan China dan India menurun dan mereka akan ekspansi barang mereka. Yang kita antisipasi dan jaga jangan sampai kita jadi pasar dan rawan penyelundupan," ungkap Hatta ketika ditemui di Kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (20/12/2011).

Lebih lanjut Hatta mengatakan, penurunan ekspor karena krisis ini masih akan ditutupi oleh konsumsi domestik, sehingga tidak akan bergitu berdampak pada perekonomian Indonesia.

Sebelumnya, pemerintah mengatakan akan menyiapkan sebuah paket untuk antisipasi krisis global yang berdampak pada turunnya pertumbuhan ekonomi dunia yang berimbas pada menurunnya ekspor Indonesia.

"Kami Kementerian Keuangan terus mengkaji dan menyiapkan satu paket stimulus," ungkap Menteri Keuangan Agus DW Martowardodjo.

Menurut Agus, paket kebijakan ini diharapkan akan dapat mengantisipasi krisis global yang mengakibatkan perlambatan ekspor, serta berkurangnya investasi yang masuk ke Indonesia.

"Stimulus itu akan kita usulkan untuk disetujui sebagai reaksi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berdampak kepada Indonesia, dan analisis yang kita lakukan terjadinya perlambatan ekspor karena harga komoditi yang terkoreksi. Atau adanya FDI atau investasi dari negara negara maju yang mungkin berkurang ke Indonesia," jelas Agus

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan situasi di dunia kerap berpengaruh ke Indonesia. SBY kali ini kembali mengeluh dan mengatakan dunia terkadang terkesan aneh dan tidak adil.

"Dunia sering aneh dan tidak adil, seperti 2008-2009 ekonomi kita ikut terguncang padahal sumber di Amerika Serikat (AS). Sekarang sumber di Eropa, krisis bisa datang dan kalau kita tidak lakukan sesuatu, kita bisa jadi korban," kata SBY di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (6/12/2011).

Dia menambahkan, harga minyak sekarang ini USD100 per barel, puncaknya 2008 lalu USD145 per barel. Tetapi saat ini krisis ekonomi global datang lagi diawali dengan krisis keruangan global di Eropa.

"Anehnya harga minyak terus tetap. Banyak faktor, ada ulah spekulan, sebagian dari trader adalah pedagang minyak global, ada sentimen geopolitik, situasi yang panas di Iran dan Afrika Utara, turut membuat ketidakpastian harga minyak. Iran mengancam kalau terus dikasih embargo apalagi tidak boleh menjual minyak akan mencapai USD200 per barel," imbuhnya.

SBY mengimbau masyarakat melihat situasi politik dan keamanan di belahan dunia lain di Timur Tengah. “Faktor lain bagaimanapun negara produsen minyak ingin dapat keuntungan sebesar-besarnya, mereka senang harga minyak tinggi. Di era ini, negara sering kalah dengan perusahaan multinasional, ini kelemahan sistem kapitalis global.

"Ada lima negara konsumsi besar, AS, China, Jepang, India, Rusia. Dengan situasi seperti ini akan jadi masalah kalau gagal atasinya. Diam-diam di kita keperluan minyak listrik dan sumber energi meningkat, sumber kita dulu lebih dari satu juta barel sementara kebutuhan energi minyak terus meningkat," ungkapnya.

2.4  Strategi Tangkal Krisis Ekonomi Global

Perekonomian dunia saat ini bisa dikatakan sedang gonjang ganjing. Agar tidak menular ke Indonesia, ada baiknya pemerintah melakukan beberapa strategi dan arah kebijakan di 2012.

Strategi dan arah kebijakan tersebut harus memperkuat ketahanan dalam menangkal risiko penularan krisis global terhadap stabilitas makroekonomi dan keuangan Indonesia.

"Selain itu juga harus mendorong potensi dan kekuatan perekonomian nasional," kata Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan DPP PPP Aunur Rofiq dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (28/12/2011).

Dari sisi kebijakan makroekonomi, kebijakan fiskal Pemerintah dan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) perlu diarahkan untuk dapat menstimulus perekonomian khususnya dari sisi permintaan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Sementara itu, dari sisi kebijakan sektoral dan struktural, peningkatan investasi dan kapasitas perekonomian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran perlu dilakukan melalui percepatan berbagai program yang selama ini telah dicanangkan untuk peningkatan investasi dan infrastruktur.

Khususnya dalam Master Plan untuk Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Adanya suatu protokol manajemen krisis secara nasional merupakan kebutuhan, seperti layaknya di negara lain seperti Korea Selatan.

"Apa yang sekarang ada di Indonesia belum memadai sebagai suatu protokol nasional, karena protokol di masing-masing instansi belum terintegrasi secara utuh ke dalam suatu protokol manajemen krisis nasional, yang perlu dituangkan dalam Undang-undang seperti ke dalam rencana RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)," jelasnya.

Menurutnya, hal ini tidak hanya akan memperkuat landasan hukum, tetapi juga memperjelas kegiatan surveillance indikator, penetapan status, respons kebijakan maupun organisasi dan proses pengambilan keputusannya.



2.5 Kunci Selamat Dari Krisis Global

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan bila tahun depan Indonesia kemungkinan akan terkena krisis global. Namun, SBY mempunyai kunci agar Indonesia terhindar dari krisis global.

Hal tersebut disampaikan SBY, saat pidato sebelum acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun Anggaran 2012, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (20/12/2011).

"Saudara-saudara agar kita selamat tahun depan, mari menjaga sektor riil sehingga tidak perlu ada PHK. Pada 2008-2009 tidak terjadi PHK dibandingkan negara di dunia," papar SBY.

Dia memaparkan, ketika krisis global 2008-2009 dulu, ekspor Indonesia yang terdiri dari empat komponen salah satunya sempat anjlok. Namun, menurutnya, pembelanjaan APBN/APBD lebih optimal.

"Maka dari itu, saya mengajak gubernur, mari kita berikan peluang investasi, undang dulu investor dalam negeri. Kalau kurang, ajak sahabat kita dari negara sahabat," ajaknya.

Baginya, bantuan para gubernur tersebut akan diteruskan ke bupati. Di mana banyak cerita bantuan tersebut akan kandas di tingkat kabupatan. Di sisi lain, perihal pembelanjaan di rumah tangga, SBY mengklaim bila gaji sudah diperbaiki dan bantuan orang miskin sudah diberikan.

2.6  Presiden Perintahkan 10 Langkah
JAKARTA, SENIN- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan 10 langkah yang harus ditempuh untuk menghadapi krisis keuangan Amerika Serikat agar tidak memberikan pengaruh buruk terhadap perekonomian Indonesia.
"Adalah tugas kita membuat masalah yang sulit agar lebih mudah," kata Presiden dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh seluruh menteri kabinet Indonesia Bersatu, kalangan dunia usaha, dan juga pimpinan media massa nasional, di gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (6/10).
Berikut adalah 10 langkah tersebut:
1. Terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar  kepercayaan masyarakat.
2. Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik.
3. Optimalkan APBN 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan social safety net dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.
4. Kalangan dunia usaha diminta tetap mendorong sektor riil agar dapat bergerak. "Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga.  BI dan perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit bisa mendorong sektor riil. Pemerintah juga akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional.
5. Semua pihak agar lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS. "Kita harus mendorong produk kita agar kompetitif dan memiliki daya saing yang baik," katanya.
6. Galakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat. "Kepada para menteri saya minta untuk memberikan insentif dan disinsentif agar penggunaan produk dalam negeri dapat meningkat, kalau perlu juga akan dikeluarkan instruksi agar pengadaan barang dan jasa di departemen mengutamakan produk dalam negeri," kata Presiden.
7. Perkuatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta. "Cegah timbulnya ketidakpercayaan dan saya ingatkan semua pihak memiliki peran yang penting," ujarnya.
8. Semua kalangan diminta menghindari sikap ego sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi. "Hilangkan budaya ego sentris dan juga kebiasaan ’bussines as ussual’," tegasnya.
9. Berkait dengan tahun politik pada 2009, semua pihak diminta memiliki pandangan politik nonpartisan serta mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk dalam kebijakan-kebijakan politik.
10. Semua pihak diminta melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada masyarakat.  Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha serta perbankan,
Sidang Kabinet Paripurna yang diperluas tersebut berlangsung sejak pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.30 WIB dan dihadiri oleh seluruh menteri kabinet, pengusaha dan pimpinan media massa nasional.
2.7  Hadapi Krisis, RI Harus Perhatikan 3 Langkah
 Tiga langkah yang perlu diperhatikan pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia dalam menghadapi krisis global.

"Yaitu menghindari neraca defisit keuangan negara, kedua, memperkuat ekspor luar negeri, ketiga, menggumpulkan kekuatan pasar domestik," ujar Chairman Morgan Stanley Steven Roach, dalam media brefing di Pasific Place, Kawasan SCBD Semanggi Expo, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (4/11/2008).

Indonesia dinilainya mempunyai potensi lepas dari krisis global, apabila memperhatikan tiga langkah tersebut. Tidak hanya itu, langkah keempat yang perlu diperhatikan adalah memupuk kekuatan bersama dengan negara Asia dalam mengambil tindakan kebijakan yang seirama.

Selanjutnya dia menambahkan, krisis global yang terjadi saat ini, adalah sebagai tantangan bagi pembangunan Indonesia ke depan, namun demikian, hingga kini fundamental ekonomi Indonesia dinilai dalam menghadapi krisis global saat ini lebih baik, jika dibandingkan dengan krisis 10 tahun lalu.

Maka tak heran, atas dasar itulah JP Morgan membuka usahanya di Indonesia, dengan pertimbangan kemampuan Indonesia mengatasi krisis lebih baik dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu.

"Krisis ini, pemerintah Indonesia sudah mempunyai fundamental yang lebih baik dibandingkan 10 tahun. Terlebih, akan adanya pertemuan negara-negara Asia membahas resesi yang terjadi di Amerika," ujarnya.

Ketika disinggung sampai kapan krisis akan terjadi dan berimbas ke Indonesia, dia menegaskan hal tersebut tidak dapat diprediksikan karena sangat kompleks permasalahannya.
2.8  5 Hal Yang Mungkin Terjadi Akibat Krisis Global
Pemerintah mengatakan ada lima hal yang harus diwaspadai dan akan menjadi perhatian pemerintah dalam krisis global yang tidak menentu sekarang ini.

Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo menjelaskan, hal pertama yang harus diwaspadai adalah kekhawatiran krisis utang negara Eropa masih besar. Meskipun sudah disiapkan dana talangan satu triliun Euro untuk Yunani.

"Data terakhir menunjukkan rasio utang Yunani terhadap Pertumbuhan DOmestik Bruto (PDB)-nya sebesar 144,9 persen. Berikutnya, rasio utang Italia terhadap PDB sebesar 119 persen, menyusul selanjutnya Belgia," jelas Bambang di acara "Indonesia Economic Obervation" di Jakarta, Kamis (17/11/2011).

Lebih lanjut dia menjelaskan, yang harus diwaspadai dalam krisis global sekarang adalah semakin ruwetnya perihal utang di Eropa akibat merembetnya krisis utang Yunani. "Selain itu, titik utama permasalahan Eropa sebenarnya bukan Yunani, melainkan Italia yang kini utangnya mencapai 1,8 triliun euro," imbuhnya.

Dia melanjutkan potensi krisis Timur Tengah dan Afrika sekarang juga harus menjadi perhatian pemerintah, karena disinyalir akan memanas seperti krisis di Eropa. "Meski ekonomi dunia melambat, harga-harga tetap tinggi, kecuali kalau terjadi resesi global karena uncertainty tinggi dan demand dari negara-negara Asia yang masih tinggi," jelasnya.

Hal terakhir yang harus diwaspadai dari krisis global, kata dia, adanya sentimen negatif dari penanganan krisis. Sentimen negatif menyebabkan aliran arus modal menjadi tidak terkendali.

"Hal terakhir adalah tantangan dunia mengenai perubahan cuaca ekstrem dan bencana alam. Kita lihat keadaan tersebut tidak hanya terjadi accidental, tetapi terjadi secara berkelanjutan," tukas dia


 




     




IV.    KESIMPULAN

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan kemungkinan pada 2012 mendatang Indonesia akan merasakan krisis global yang kedua.

Hal tersebut disampaikan SBY, saat pidato sebelum acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun Anggaran 2012, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (20/12/2011).

"2012 dunia masih gonjang ganjing dan kemungkinan kita resesi global kedua setelah 2008-2009 sudah dirasakan," kata SBY singkat.

Dia menambahkan, perkembangan harga minyak dan saham juga terus berfluktasi, sehingga tidak bagus untuk perekonomian dunia. Menurutnya, ini konsekuensi gonjang ganjing dari perekonomian dunia.

"Allah masih menolong kita dan ekonomi tumbuh tinggi di tengah dunia yang sedang sakit. Tahun depan tidak mengembirakan, mari kita aktifkan langkah tepat, berjaga-jaga saja tidak cukup. Dari sekarang kita lakukan policy option, yang terjadi agar kita selamat. Ekonomi tumbuh,".


V. DAFTAR  PUSTAKA 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar